Konflik Rohingya merupakan konflik yang rumit yang tak
kunjung usai hingga saat ini. Walaupun banyak yang beranggapan bahwa ini
merupakan isu agama, namun sebenarnya ada banyak isu lain yang melatarbelakangi
timbulanya gejolak di tanah perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh ini.
Konflik ini menyita perhatian negara-negara tentangga bahkan menyita perhatian
dunia.
Sebagai manusia kita pasti bisa merasakan betapa
menderitanya umat muslim Rohingya sana.
Berikut adalah fakta dan sejarah singkat mengenai konflik
Rohingya yang berhasil dirangkum.
Tidak diakui sebagai warganegara di Negara kelahirannya sendiri
Semua etnis rohingya lahir dan tumbuh di Rakhin yang juga merupakan tanah
negara Myanmar. Namun, dari 1.3 juta penduduk etnis rohingya muslim hanya
sekita 40 ribu jiwa saja yang diakui sebagai warganegara, selebihnya dianggap
tidak berstatus sebagai warganegara manapun. Jika ditelaah sejarahnya lebih
jauh lagi, nenek moyang kaum rohingya adalah pendatang dari keturunan arab,
moor, moghul, Bengali dan Indo-Mongoloid. Beberapa ilmuwan dan sejarawan juga
sepakat bahwa mereka sudah menjadi suku asli di myanmar sejak abad abad ke-19
pada masa penjajahan Britania.
Kenapa pemerintahan tidak mengakui
rohingya sebagai etnis di Myanmar?
Pemerintah beranggapan bahwa rohingya merupakan etnis turunan dari
bengali (Bangladesh) yang merupakan negara tentangga Myanmar. Sayangnya,
Bangladesh pun tidak mengakui etnis rohingya ini sebagai salah satu dari etnis
di Bangladesh, ini menjadikan kaum rohingya ditolak oleh kedua negara
sekaligus.
· Dipaksa mengakui diri sebagai etnis Bangladesh
Pada tahun 1982, Pemerintah Myanmar
mengeluarkan UU baru bahwa etnis rohingya akan diakui sebagai warganegara jika
menunjukkan dokumen bukti bahwa nenek moyang mereka telah hidup di tanah
myanmar sebelum tahun 1823, namun mayoritas masyarakat tidak bisa memenuhinya,
walaupun nenek moyang mereka telah berada di Burma sejak ratusan tahun lalu,
namun mereka tidak mempunyai bukti tertulis berupa dokumen resmi yang
mendukung.
Akhirnya pemerintah menawarkan solusi baru:
bahwa rohingya akan diakui sebagai warganegara bila Kaum Rohingya mengaku
sebagai etnis Bengali (Bangladesh). Aturan ini tidak bisa diterima oleh
masyarakat Rohingya Karena bila mereka diakui sebagai bengali mereka akan
dianggap sebagai etnis ilegal di Myanmar.
· Tidak diperbolehkan menikah dan punya keturunan tanpa izin pemerintah
Hak untuk menikah dan mempunyai keturunan
merupakan hak dan kebutuhan alamiah setiap manusia. Namun apa yang dialami oleh
warga Rohingya? Tanpa seizin pemerintah, tidak satupun rakyat rohingya yang
boleh menikah. Berdasarkan laporan dari 12 dokumen negara dari tahun 1993-2013
yang diteliti oleh Fortify Right,
terdapat kebijakan pemerintah yang sangat berlebihan dalam membatasi kebebasan
rakyat rohingya muslim. Pembatasan kebebasan ini termasuk menyangkut:
pernikahan, jumlah keturunan, perbaikan rumah, dan perbaikan rumah ibadah umat
muslim.
· Dibantai dan disiksa oleh militer dan ekstrimist Myanmar
Penyiksaan rakyat Rohingya oleh para
militer Myanmar merupakan tindakan keras yang dilakukan oleh militer yang
berlangsung hingga saat ini. Penyiksaan ini, menurut PBB, merupakan salah satu
penyiksaan yang paling kejam terhadap kaum minoritas. Tidakan kekerasan para
militer ini termasuk pembunuhan, pemerkosaan, pembakaran, dan pembunahan terhadap
anak-anak. Pembantaian besar-besaran ini tidak hanya dilakukan oleh militer
saja, namun juga dengan bantuan masyarakat lokal penganut budha ekstrim.
Walaupun mayoritas Rohingya adalah muslim, namun pembunuhan dan penyiksaan juga
ternyata dirasakan oleh penduduk Rohingya yang beragama Hindu.
· Pelarian massal dan penampungan di Camp berbulan-bulan lamanya
Karena penyiksaan dan pembantaian yang tak
berujung itu, mau tidak mau rakyat harus memilih antara menetap atau pergi dari
Myanmar. Beberapa tertarik dengan tawaran dari beberapa oknum perdagangan
manusia (human traficking) yang mengaku mampu membawa mereka menuju
negara-negara tetangga dengan prospek yang bagus sebagai tenaga kerja asing. Oknum tersebut
meminta sejumlah uang agar dapat melancarkan urusan mereka, namun malangnya, alih-alih
mendapat pekerjaan, ada begitu banyak rakyat rohingya yang berakhir di tempat
penampungan hingga berbulan-bulan lamanya. Lebih parah lagi ketika beberapa
dari mereka (pengungsi) dibiarkan sakit, lemah, kelaparan hingga meninggal
dunia. Sebuah camp perdagangan manusia di bagian selatan Thailand pada bulan
Mei telah ditemukan dengan sedikitnya 30 mayat. Beberapa mayat didapati
terkubur dalam kuburan yang dangkal dan beberapa hanya ditutupi kain dan
selimut.
· Tidak disambut baik oleh negara tetangga
Bagaimana respon negara-negara tetangga
mengenai isu ini? ternyata semua negara tetangga, termasuk: Malaysia, Bangladesh,
Thailand dan Indonesia, menolak untuk menerima pengungsi rohingya yang ingin
masuk ke negara mereka. Tentu saja ini merupakan berita buruk bagi rakyat
rohingya yang ujung-unjungnya berakhir hidup berbulan-bulan dari atas kapal dari
satu selat ke selat lainnya.
Pada hari ini, terlihat banyaknya pengiriman bantuan berupa makanan, fasilitas kesahatan dan lain-lain kepada para pengungsi rohingya, namun tak satupun negara yang mau menerima rohingya. Walaupun dapat dipahami bahwa menerima pengungsi rohingya untuk masuk ke negara mereka akan menimbulkan masalah-masalah baru pada masyarakat, namun solusi baru harus segera ditemukan oleh para pemimpin negara tetangga tersebut demi kelangsungan hidup kaum yang minoritas rohingya.
Pada hari ini, terlihat banyaknya pengiriman bantuan berupa makanan, fasilitas kesahatan dan lain-lain kepada para pengungsi rohingya, namun tak satupun negara yang mau menerima rohingya. Walaupun dapat dipahami bahwa menerima pengungsi rohingya untuk masuk ke negara mereka akan menimbulkan masalah-masalah baru pada masyarakat, namun solusi baru harus segera ditemukan oleh para pemimpin negara tetangga tersebut demi kelangsungan hidup kaum yang minoritas rohingya.
Komentar
Posting Komentar